Rabu, 18 November 2009 0 comments By: Abdul Hadi

RULES...


x kan lengkap sesebuah tempat itu tanpa wujudnya satu bentuk petunjuk ataupun GUIDE yang menerangkan tentang boleh atau tidak sesuatu perkara itu untuk dilakukan,, jadi dalam kehidupan kita ini, sekurang2nya pasti kita tidak dapat lari dari sesuatu yang kita gelar ia sebagai

RULES....

tiada perkara yang perfect didalam dunia ini,, tiap2 satu itu pasti ada serba sedikit kekurangan,, tidak kira lah sama da ia adalah kekurangan yang benar2 nyata ataupun ianya sekadar sedikit masalah yang timbul dari pandangan sekelompok masyarakat tertentu sahaja,,

hidup berorganisasi ini seharusnya telah membuka minda kita tentang hakikat sebenar sesuatu peraturan itu dicipta,, bukanlah sebagai penghalang kepada kita dalam melakukan sesuatu perkara yang kita suka ataupun kita minat,, cumanya sebagai TANDA ARAS yang paling maximum untuk kita nilai adakah tingkah laku kita sudah melebihi had ataupun masih berada didalam kawasan selamat...



sedang Islam itu membenarkan kita untuk bebas melakukan sesuatu perkara yang kita sukai TETAPI masih meletakkan ruang lingkup yang perlu kita teliti agar tiap perbuatan kita itu tidak dikira sebagai dosa dan yang lebih buruk lagi jika ia dikira TERKELUAR dari Islam(murtad)...

Atas dasar SAYANG kepada ahli ataupun lebih tepat lagi sayang kepada SAHABAT SeAkidah,, beberapa peraturan telah pihak persatuan wujudkan semoga ia menjadi garis panduan buat semua sahabat2 agar selamat kehidupan didunia ini dan yang lebih penting lagi selamat di AKHIRAT...

meskipun begitu,, dewasa kini kita lihat penerimaan mahasiswa2 mesir atas tiap2 satu peratuaran yang wujud ini semakin berkurangan,, apa yang persatuan katakan TIDAK BOLEH,, itulah perkara yang paling mereka suka,, sebaliknya perkara yang kita sangat2 galakkan pula merupakan item yang paling mereka tidak suka ataupun kadang2 kita lihat ia sebagai sesuatu perkara yang tidak perlu ataupun kurang sesuai...

firman Allah:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِى ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡ‌ۖ فَإِن تَنَـٰزَعۡتُمۡ فِى شَىۡءٍ۬ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ‌ۚ ذَٲلِكَ خَيۡرٌ۬ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلاً

maksud:
Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri" (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Quran) dan (Sunnah) RasulNya jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu) dan lebih elok pula kesudahannya.



apa ertinya pemimpin jika tiada orang yang dipimpin,, dan suatu perkara WAJIB bagi setiap orang yang dipimpin untuk tunduk dan patuh pada arahan pimpinan selagi mana IA TIDAK BERCANGGAH DENGAN SYARA'.



berdasarkan ayat Allah diatas, jelas maknanya kita perlu patuh pada arahan ketua kita sama ada ianya dalam bentuk lisan ataupun dalam bentuk TULISAN,,,selagi IA TIDAK BERCANGGAH DENGAN SYARA'.

selagi IA TIDAK BERCANGGAH DENGAN SYARA'.
selagi IA TIDAK BERCANGGAH DENGAN SYARA'.

cumanya apa yang kita kesal skrg adalah peraturan yang susah payah pimpinan kita fikirkan yang terbaik untuk kita, kita sukar untuk menerimanya apalagi kita adalah antara orang yang menghentam dan menghina setiap cacat cela yang ada pada tiap-tiap perkara tersebut,,

ingat kita bukan selamanya menjadi orang yang akan dipimpin,, lambat laun kita tetap akan menjadi pemimpin walaupun sekadar pemimpin keluarga,, dan juga perlu kita igt Allah itu maha adil, jika di sini kita belajar untuk cenderung kearah mengINGKARi apa2 yang diarah pemimpin,, x mustahil suatu hari nnti anak2 kita pula akan mengingkari setiap apa yang kita katakan.....

ALLAH ITU MAHA ADIL...
ALLAH ITU MAHA ADIL...

ALLAH ITU MAHA ADIL...


kesimpulannya, diharapkan penulisan ini dapat memberikan sedikit input positif dalam diri kita dalam pembentukan generasi yang lebih wala' pada pemimpin Islam dan patuh pada setiap peraturan yang telah ditetapkan oleh mereka...

-satu fikrah satu amal-

...melayari dakwah melalui tarbiyyah...



Sabtu, 14 November 2009 0 comments By: Abdul Hadi

sirah sebelum kerasulan nabi muhammad SAW



http://www.dakwatuna.com/2008/nabi-muhammad-sebelum-dibangkitkan-menjadi-nabi-dan-rasul/


Siapa mukmin yang tidak rindu ingin bertemu dengan Rasulullah saw. Jika bertemu, pasti kita ingin memeluknya. Seperti apa ciri fisik Rasulullah saw.?

Ciri Fisik Rasulullah SAW

Ali bin Abi Thalib r.a. memerinci ciri fisik Rasulullah saw., “Nabi Muhammad saw. tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Berpostur indah di kalangan kaumnya, tidak terlalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus. Perawakannnya bagus sebagai pria yang tampan. Badannya tidak tambun, wajah tidak bulat kecil, warna kulitnya putih kemerah-merahan, sepasang matanya hitam, bulu matanya panjang. Tulang kepalanya dan tulang antara kedua pundaknya besar, bulu badannya halus memanjang dari pusar sampai dada. Rambutnya sedikit, kedua telapak tangan dan telapak kakinya tebal.

Apabila berjalan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, beliau menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang beliau adalah penutup para nabi. Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.”

Setiap orang yang bertemu Rasulullah saw. pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Rasulullah saw. di mata khalayak, sebah beliau berakhlah sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)

Nasab Rasulullah SAW

Nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Quraisy bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang berujung pada Adnan anak keturunan Nabi Ismail a.s. Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia dan shalih. Tak heran jika Rasulullah saw. adalah anak Adam yang paling mulia kehormatan dan paling utama nasabnya. “Aku adalah manusia pilihan dari di antara manusia pilihan dari di antara manusia pilihan.”

Rasulullah saw. adalah putra semata wayang Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak lelaki, ia akan menyembelih satu orang di antaranya untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan memenuhi nazarnya, kaumnya bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra bungsunya itu dengan 100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.

Abdullah wafat saat Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah anak Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas Abdul Muthallib membawa bayi yang dinamainya Muhammad itu berthawaf mengelilingi Ka’bah.


Tahun Gajah

Tahun Gajah, apa maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa besar di Mekkah. Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan Habasyah (Ethiopia) berkuasa di sebagai Gubernur Yaman di bawah pemerintahan Raja Najasyi, Raja Habasyah. Ia membangun sebuah gereja besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah ingin gerejanya itu menjadi kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman dan menyelinap ke dalam gereja itu di malam hari. Ia buang air besar kemudian membuang kotorannya di kiblat gereja itu.

Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Abrahah mengerahkan tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah ini terhenti di Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan serombongan Burung Ababil yang melemparkan kerikil mematikan. Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan Tahun Gajah.

Ibu Susu Rasulullah SAW

Sudah menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh murdi’at (para wanita yang menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan kepada murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang ke Mekkah mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat bayaran dan hadiah. Tapi mereka menolak karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah Sa’diyah tidak mendapatkan seroang bayi pun yang akan disusui. Karena itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia mengambil Rasulullah saw. yang yatim itu sebagai anak susuannya.

Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah setuju.

Muhammad cilik dikembalikan ke Mekkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Dua malaikat datang menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana dari emas berisi es. Mereka membelah dada Rasulullah saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu dibedah dan dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam. Kemudian dicuci dengan es. Setelah itu dikembalikan seperti semula. Halimah khawatir dengan keselamatan Muhammad cilik. Ia dan suaminya sepakat mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya.

Aminah dan Abdul Muthallib Wafat

Muhammad kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad cilik dibawa ibunya mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar di Yatsrib (yang kemudian hari berubah nama menjadi Madinah). Dalam perjalanan ini Aminah wafat di Abwa dan dikuburkan di sana.
Kemudian Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul Muthallib. Namun tak berlangsung lama, hanya 2 tahun. Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw. berusia 8 tahun. Rasulullah saw. kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.

Perjalanan ke Syam

Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Keponakannya, Muhammad, ikut serta. Kafilah dagang ini tiba di Kampung Busra. Mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira tahu tentang ajaran Nasrani dan ia paham betul tentang ciri dan sifat Rasul terakhir yang diberitakan oleh Nabi Isa a.s. Bahira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, keponakan Abu Thalib. Ia menasihati Abu Thalib agar segera membawa pulang keponakannya dan waspada dengan orang-orang Yahudi.


Menikah Dengan Khadijah

Ketika berusia 25 tahun, Rasulullah saw. pergi ke Syam membawa barang dagangan milik Khadijah. Rasulullah saw. ditemani pembantu pria kepercayaan Khadijah bernama Maisaroh. Maisaroh memberi informasi kepada Khadijah tentang sifat-sifat Rasulullah saw.

Kemudian setelah kembali ke Mekkah, Muhammad muda menikah dengan Khadijah. Saat dinikahi Muhammad muda, Khadijah bersatus janda. Dari pernikahan ini Muhammad dan Khadijah mendapatkan beberapa orang anak. Ada riwayat yang mengabarkan Rasulullah saw. dikaruniai 2 orang anak lelaki dari Khadijah, yaitu Qasim dan Abdullah. Namun keduanya meninggal sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah saw. juga mendapat anak-anak perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummi Kulsum. Mereka mengamalkan Islam dan meninggal sebelum Rasulullah wafat. Sedangkan putri bungsu Rasulullah saw. dari Khadijah adalah Fathimah. Fathimah meninggal 6 bulan setelah Rasulullah saw. wafat.

Berkhalwat di Gua Hira

Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad suka menyendiri di Gua Hira. Ini dikarenakan ia begitu membenci paganisme, agama kaumnya, dan setiap perbuatan keji yang dilakukan kaumnya. Di Gua Hira Muhammad beribadah kepada Rabbnya.

Membangun Ka’bah

Ketika Muhammad menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk membangun kembali Ka’bah yang rusak. Saat proses peletakan kembali Hajar Aswad, para kabilah Quraisy bersengketa. Mereka masing-masing merasa paling berhak melakukannya. Selisih pendapat ini sampai pada puncaknya. Mereka siap saling berperang.

Tapi, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid sebagai hakim yang memutus perkara mereka. Dan orang yang muncul pertama kali dari masjid adalah Muhammad. Mereka serempak mengatakan, “Ini dia Al-Amin. Kami ridha dengannya!”

Kemudian Muhammad meminta sehelai selendang, lalu ia ambil hajar Aswad dan meletakkannya dengan tangannya sendiri. “Setiap kabilah hendaknya mengambil sisi-sisi selendang ini lalu angkatlah bersama-sama,” begitu katanya kemudian. Setelah diangkat hingga dekat dengan tempatnya, Muhammad mengangkat dan meletakkan dengan tangannya sendiri Hajar Aswad di tempat yang seharusnya. Dan pembangunan itu pun selesai dengan semua kabilah merasa senang.


-satu fikrah satu amal-

...melayari dakwah melalui tarbiyyah...

Selasa, 3 November 2009 1 comments By: Abdul Hadi

Bencana Novel Dan Filem Cinta Islami


di ambil daripada : http://tazkirahonline.blogspot.com/


Selepas novel Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih dan entah apa lagi 'novel pembina jiwa' dari tanah seberang. Semuanya berkisar cinta yang di dasari landasan Islami.

Ramai memberikan komentar positif. Dan penggiat seni tanah seberang maju lebih daripada selangkah, filem-filem dan drama-drama yang berbentuk pembina jiwa, cinta Islami mula mendapat tempat.

Umat Islam Malaysia tidak terlepas dari tempiasnya. Maka muncul cadangan agar penggiat seni Malaysia mengorak langkah. Cambahkan karya-karya pembina jiwa, lambakkan cinta Islami di kalangan muda mudi. Biarkan muda mudi kita faham bahawa Islam meraikan perasaan cinta manusia asalkan pada jalan yang betul.

Tetapi, saya mula mengesan bahaya dan bencana. Ya bencana. Bencana ini akan menipu orang-orang yang jahil ilmu agama, apatah lagi dalam keadaan jahil itu mereka mahu kembali kepada agama.

Saya teringat satu babak dalam karya seorang novelis Islami dari tanah seberang yang digilai peminat novel Islami Malaysia. Di dalam karyanya itu, beliau memuatkan satu babak bergurau senda, saling bersentuhan di antara abang dan adik angkat. Ya, abang dan adik angkat. Bukan mahram. Dan kerana mereka bukan mahram, maka diakhir cerita mereka bernikah. Tapi sebelum pernikahan, hubungan mereka seperti adik beradik- dan ketika itu mereka memang sedar mereka adik beradik angkat-. Jadi, apa yang mahu ditonjolkan oleh penulis novel Islami berkelulusan institusi ulung di alam Islam sedunia ini?

Bukankah babak ini mengelirukan masyarakat yang sudahlah ramai keliru dalam isu mahram bukan mahram, tiba-tiba muncul karya si penulis novel Islami ini yang hanya akan menyakinkan masyarakat bahawa apa yang mereka keliru inilah yang benar, sedangkan hakikatnya salah!



Dan karya Islami ini jua muncul dalam drama-drama yang mula menyebar masuk dari tanah seberang.-sebaiknya tidak ditonton televisyen-. Bagaimana dengan satu drama popular tanah seberang, yang membawa mesej Islami, menampilkan babak cinta seorang teruna Aqso dengan si Madina, dan si Fira. Madina dan Fira ialah adik beradik. Madina gadis bertudung litup, kuat agama. Madina selalu menasihati Aqso agar mencintai Fira, kakak Madina. Madina menyuruh Aqso melafaz kata cinta kepada Fira. Madina menyuruh Aqso membawa Fira, ke tempat romantik. Ibu bapa Fira dan Madina, amat suka untuk Aqso membawa Fira ke hulu ke hilir. Ketika Aqso sakit mahu bersalin (lahirkan anak dengan seorang lelaki bernama Pasha), Aqso juga yang menjaganya.

Anda tahu apa yang ada dalam fikiran saya ketika menonton drama ini -celaka kau Masri, tonton Drama, kata Salafi. Ya Tuhan, ampunkan aku kerana kelalaian-. Saya sangka Aqso pernah bercinta dengan Madina, tapi berkahwin dengan Fira. Lalu Madina sebagai gadis solehah menasihati Aqso supaya mencintai Fira kerana Fira isterinya, dan tidak boleh Aqso mengambil Madina sebagai isteri kedua kerana haram mengumpulkan dua beradik sekaligus. Ini yang saya fikirkan. Lalu saya kata, bagus Madina, dia benar-benar kuat pegangan Islaminya. Dia mahu kakaknya bahagia. Dia tidak mahu membuat dosa kerana dia tahui tiada poligami dengan cara mengumpulkan dua beradik. Ini yang saya fikirkan. Lalu saya fikir, apabila Madina mengarahkan Aqso melafaz kata cinta, membawa Fira ke tempat romantik, ialah supaya Aqso dapat membina rasa cinta kepada Fira yang sudah menjadi isterinya. Lalu saya kata bagus nasihat Madina. Dia menasihati orang yang dia cintai agar melupakan dia dan mencintai isteri yang sah yang juga kakak kepada Madina.



Tapi, anda tahu apa yang saya temui di hujung cerita. Ketika di tempat romantik itu - Aqso menurut nasihat Madina untuk membawa Fira ke tempat romantik-, Aqso melafazkan satu ayat yang membuat saya terkejut gila, terus naik menyampah dengan cerita itu. Aqso kata kepada Fira "Kita kahwin ya!". Saya terkejut. Saya fikir mereka sudah berkahwin.

Jadi, kenapa saya marah sangat?

a) Drama ini mengelirukan umat yang sudah sedia keliru. Dengan latar belakang Islami, maka orang membuat kesimpulan tiada salah berdua-duaan dengan bukan mahram, tiada salah saling melafaz kata-kata romantis kepada bukan mahram.

b) Drama ini menunjukkan kemungkaran hanyalah bersentuh dan berzina. Berdua-duaan dengan bukan mahram bukan satu kemungkaran. Selagi mana tidak bersentuh tidak mengapa.

c) Drama ini mengajar ibu bapa agar membiarkan anaknya keluar dengan lelaki bukan mahram. Kenapa saya kata drama ini mengajar sedemikian? Ya, kerana drama ini drama beraspirasikan cinta Islami. Saya yakin emak saya suka cerita ini (berdasarkan pengalaman menonton drama-drama aspirasi Islami dari tanah seberang bersama emak), dan saya yakin emak saya akan beranggapan tidak salah membiarkan anak-anak daranya keluar dengan bukan mahram.

d) Drama ini menjadikan penonton keliru kerana yang menasihati Aqso supaya keluar dengan Fira, menjalin hubungan rapat dengan Fira ialah Madina, si gadis yang kuat agama, bertudung litup, bersolat.

e) Madina digambarkan sebagai gadis yang kuat imannya. Dia membawa kakaknya Fira ke sekeliling kota melihat kehidupan orang-orang susah supaya dapat menyedarkan kakaknya bahawa di luar sana masih ramai orang tidak bernasib baik. Ini kerana ketika itu Fira baru sahaja keguguran bayinya. Tapi, babak ini juga akan menguatkan segala tindakan Madina mengarahkan Aqso menjalin hubungan cinta dengan Fira. Kerana begini.

Pertama: Penonton sudah membina satu persepsi Madina sebagai gadis solehah, kuat agama. Lalu tindakan yang diambilnya adalah pasti menepati syariat.

Kedua: Ketika Madina menasihati Aqso supaya mencintai Fira, Madina mengungkapkan kata-kata "Cinta adalah anugerah daripada Allah".

Ketiga: Lalu Madina mengarahkan Aqso menjalin hubungan dengan Fira.

Keempat: Maka, penonton akan menjustifikasi KETIGA berdasarkan PERTAMA dan KEDUA. Maka, ketika itu, isyarat yang sampai kepada penonton ialah: Keluar berdua dengan bukan mahram, melafaz kata cinta dan romantis kepada bukan mahram, bukanlah satu perkara yang bertentangan dengan syara'. Bahkan ia adalah satu anugerah Allah apabila Allah mengurniakan perasaan cinta itu kepada hamba-hambanya.



Saya sudah nampak bencananya. Dan drama ini juga adalah satu aspirasi dari novel-novel cinta Islami kerana di dalam satu babaknya terpapar watak Aqso sedang membaca novel "Ketika Cinta Bertasbih".

Apakah kalian bersetuju dengan saya bahawa novel-novel pembina jiwa dari tanah seberang yang membawa mesej cinta Islami, apatah lagi drama dan filemnya, sebenarnya satu bencana dan bala buat umat Islam?

suatu benda yang lama aku pernah terfikir,, pastu terjumpa artikel ni,, moga dapat beri manfaat dari semua..

-satu fikrah satu amal-

...melayari dakwah melalui tarbiyyah...

Rabu, 18 November 2009

RULES...


x kan lengkap sesebuah tempat itu tanpa wujudnya satu bentuk petunjuk ataupun GUIDE yang menerangkan tentang boleh atau tidak sesuatu perkara itu untuk dilakukan,, jadi dalam kehidupan kita ini, sekurang2nya pasti kita tidak dapat lari dari sesuatu yang kita gelar ia sebagai

RULES....

tiada perkara yang perfect didalam dunia ini,, tiap2 satu itu pasti ada serba sedikit kekurangan,, tidak kira lah sama da ia adalah kekurangan yang benar2 nyata ataupun ianya sekadar sedikit masalah yang timbul dari pandangan sekelompok masyarakat tertentu sahaja,,

hidup berorganisasi ini seharusnya telah membuka minda kita tentang hakikat sebenar sesuatu peraturan itu dicipta,, bukanlah sebagai penghalang kepada kita dalam melakukan sesuatu perkara yang kita suka ataupun kita minat,, cumanya sebagai TANDA ARAS yang paling maximum untuk kita nilai adakah tingkah laku kita sudah melebihi had ataupun masih berada didalam kawasan selamat...



sedang Islam itu membenarkan kita untuk bebas melakukan sesuatu perkara yang kita sukai TETAPI masih meletakkan ruang lingkup yang perlu kita teliti agar tiap perbuatan kita itu tidak dikira sebagai dosa dan yang lebih buruk lagi jika ia dikira TERKELUAR dari Islam(murtad)...

Atas dasar SAYANG kepada ahli ataupun lebih tepat lagi sayang kepada SAHABAT SeAkidah,, beberapa peraturan telah pihak persatuan wujudkan semoga ia menjadi garis panduan buat semua sahabat2 agar selamat kehidupan didunia ini dan yang lebih penting lagi selamat di AKHIRAT...

meskipun begitu,, dewasa kini kita lihat penerimaan mahasiswa2 mesir atas tiap2 satu peratuaran yang wujud ini semakin berkurangan,, apa yang persatuan katakan TIDAK BOLEH,, itulah perkara yang paling mereka suka,, sebaliknya perkara yang kita sangat2 galakkan pula merupakan item yang paling mereka tidak suka ataupun kadang2 kita lihat ia sebagai sesuatu perkara yang tidak perlu ataupun kurang sesuai...

firman Allah:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِى ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡ‌ۖ فَإِن تَنَـٰزَعۡتُمۡ فِى شَىۡءٍ۬ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ‌ۚ ذَٲلِكَ خَيۡرٌ۬ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلاً

maksud:
Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri" (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Quran) dan (Sunnah) RasulNya jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu) dan lebih elok pula kesudahannya.



apa ertinya pemimpin jika tiada orang yang dipimpin,, dan suatu perkara WAJIB bagi setiap orang yang dipimpin untuk tunduk dan patuh pada arahan pimpinan selagi mana IA TIDAK BERCANGGAH DENGAN SYARA'.



berdasarkan ayat Allah diatas, jelas maknanya kita perlu patuh pada arahan ketua kita sama ada ianya dalam bentuk lisan ataupun dalam bentuk TULISAN,,,selagi IA TIDAK BERCANGGAH DENGAN SYARA'.

selagi IA TIDAK BERCANGGAH DENGAN SYARA'.
selagi IA TIDAK BERCANGGAH DENGAN SYARA'.

cumanya apa yang kita kesal skrg adalah peraturan yang susah payah pimpinan kita fikirkan yang terbaik untuk kita, kita sukar untuk menerimanya apalagi kita adalah antara orang yang menghentam dan menghina setiap cacat cela yang ada pada tiap-tiap perkara tersebut,,

ingat kita bukan selamanya menjadi orang yang akan dipimpin,, lambat laun kita tetap akan menjadi pemimpin walaupun sekadar pemimpin keluarga,, dan juga perlu kita igt Allah itu maha adil, jika di sini kita belajar untuk cenderung kearah mengINGKARi apa2 yang diarah pemimpin,, x mustahil suatu hari nnti anak2 kita pula akan mengingkari setiap apa yang kita katakan.....

ALLAH ITU MAHA ADIL...
ALLAH ITU MAHA ADIL...

ALLAH ITU MAHA ADIL...


kesimpulannya, diharapkan penulisan ini dapat memberikan sedikit input positif dalam diri kita dalam pembentukan generasi yang lebih wala' pada pemimpin Islam dan patuh pada setiap peraturan yang telah ditetapkan oleh mereka...

-satu fikrah satu amal-

...melayari dakwah melalui tarbiyyah...



Sabtu, 14 November 2009

sirah sebelum kerasulan nabi muhammad SAW



http://www.dakwatuna.com/2008/nabi-muhammad-sebelum-dibangkitkan-menjadi-nabi-dan-rasul/


Siapa mukmin yang tidak rindu ingin bertemu dengan Rasulullah saw. Jika bertemu, pasti kita ingin memeluknya. Seperti apa ciri fisik Rasulullah saw.?

Ciri Fisik Rasulullah SAW

Ali bin Abi Thalib r.a. memerinci ciri fisik Rasulullah saw., “Nabi Muhammad saw. tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Berpostur indah di kalangan kaumnya, tidak terlalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus. Perawakannnya bagus sebagai pria yang tampan. Badannya tidak tambun, wajah tidak bulat kecil, warna kulitnya putih kemerah-merahan, sepasang matanya hitam, bulu matanya panjang. Tulang kepalanya dan tulang antara kedua pundaknya besar, bulu badannya halus memanjang dari pusar sampai dada. Rambutnya sedikit, kedua telapak tangan dan telapak kakinya tebal.

Apabila berjalan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, beliau menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang beliau adalah penutup para nabi. Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.”

Setiap orang yang bertemu Rasulullah saw. pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Rasulullah saw. di mata khalayak, sebah beliau berakhlah sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)

Nasab Rasulullah SAW

Nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Quraisy bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang berujung pada Adnan anak keturunan Nabi Ismail a.s. Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia dan shalih. Tak heran jika Rasulullah saw. adalah anak Adam yang paling mulia kehormatan dan paling utama nasabnya. “Aku adalah manusia pilihan dari di antara manusia pilihan dari di antara manusia pilihan.”

Rasulullah saw. adalah putra semata wayang Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak lelaki, ia akan menyembelih satu orang di antaranya untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan memenuhi nazarnya, kaumnya bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra bungsunya itu dengan 100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.

Abdullah wafat saat Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah anak Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas Abdul Muthallib membawa bayi yang dinamainya Muhammad itu berthawaf mengelilingi Ka’bah.


Tahun Gajah

Tahun Gajah, apa maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa besar di Mekkah. Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan Habasyah (Ethiopia) berkuasa di sebagai Gubernur Yaman di bawah pemerintahan Raja Najasyi, Raja Habasyah. Ia membangun sebuah gereja besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah ingin gerejanya itu menjadi kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman dan menyelinap ke dalam gereja itu di malam hari. Ia buang air besar kemudian membuang kotorannya di kiblat gereja itu.

Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Abrahah mengerahkan tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah ini terhenti di Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan serombongan Burung Ababil yang melemparkan kerikil mematikan. Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan Tahun Gajah.

Ibu Susu Rasulullah SAW

Sudah menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh murdi’at (para wanita yang menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan kepada murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang ke Mekkah mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat bayaran dan hadiah. Tapi mereka menolak karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah Sa’diyah tidak mendapatkan seroang bayi pun yang akan disusui. Karena itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia mengambil Rasulullah saw. yang yatim itu sebagai anak susuannya.

Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah setuju.

Muhammad cilik dikembalikan ke Mekkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Dua malaikat datang menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana dari emas berisi es. Mereka membelah dada Rasulullah saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu dibedah dan dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam. Kemudian dicuci dengan es. Setelah itu dikembalikan seperti semula. Halimah khawatir dengan keselamatan Muhammad cilik. Ia dan suaminya sepakat mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya.

Aminah dan Abdul Muthallib Wafat

Muhammad kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad cilik dibawa ibunya mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar di Yatsrib (yang kemudian hari berubah nama menjadi Madinah). Dalam perjalanan ini Aminah wafat di Abwa dan dikuburkan di sana.
Kemudian Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul Muthallib. Namun tak berlangsung lama, hanya 2 tahun. Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw. berusia 8 tahun. Rasulullah saw. kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.

Perjalanan ke Syam

Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Keponakannya, Muhammad, ikut serta. Kafilah dagang ini tiba di Kampung Busra. Mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira tahu tentang ajaran Nasrani dan ia paham betul tentang ciri dan sifat Rasul terakhir yang diberitakan oleh Nabi Isa a.s. Bahira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, keponakan Abu Thalib. Ia menasihati Abu Thalib agar segera membawa pulang keponakannya dan waspada dengan orang-orang Yahudi.


Menikah Dengan Khadijah

Ketika berusia 25 tahun, Rasulullah saw. pergi ke Syam membawa barang dagangan milik Khadijah. Rasulullah saw. ditemani pembantu pria kepercayaan Khadijah bernama Maisaroh. Maisaroh memberi informasi kepada Khadijah tentang sifat-sifat Rasulullah saw.

Kemudian setelah kembali ke Mekkah, Muhammad muda menikah dengan Khadijah. Saat dinikahi Muhammad muda, Khadijah bersatus janda. Dari pernikahan ini Muhammad dan Khadijah mendapatkan beberapa orang anak. Ada riwayat yang mengabarkan Rasulullah saw. dikaruniai 2 orang anak lelaki dari Khadijah, yaitu Qasim dan Abdullah. Namun keduanya meninggal sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah saw. juga mendapat anak-anak perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummi Kulsum. Mereka mengamalkan Islam dan meninggal sebelum Rasulullah wafat. Sedangkan putri bungsu Rasulullah saw. dari Khadijah adalah Fathimah. Fathimah meninggal 6 bulan setelah Rasulullah saw. wafat.

Berkhalwat di Gua Hira

Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad suka menyendiri di Gua Hira. Ini dikarenakan ia begitu membenci paganisme, agama kaumnya, dan setiap perbuatan keji yang dilakukan kaumnya. Di Gua Hira Muhammad beribadah kepada Rabbnya.

Membangun Ka’bah

Ketika Muhammad menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk membangun kembali Ka’bah yang rusak. Saat proses peletakan kembali Hajar Aswad, para kabilah Quraisy bersengketa. Mereka masing-masing merasa paling berhak melakukannya. Selisih pendapat ini sampai pada puncaknya. Mereka siap saling berperang.

Tapi, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid sebagai hakim yang memutus perkara mereka. Dan orang yang muncul pertama kali dari masjid adalah Muhammad. Mereka serempak mengatakan, “Ini dia Al-Amin. Kami ridha dengannya!”

Kemudian Muhammad meminta sehelai selendang, lalu ia ambil hajar Aswad dan meletakkannya dengan tangannya sendiri. “Setiap kabilah hendaknya mengambil sisi-sisi selendang ini lalu angkatlah bersama-sama,” begitu katanya kemudian. Setelah diangkat hingga dekat dengan tempatnya, Muhammad mengangkat dan meletakkan dengan tangannya sendiri Hajar Aswad di tempat yang seharusnya. Dan pembangunan itu pun selesai dengan semua kabilah merasa senang.


-satu fikrah satu amal-

...melayari dakwah melalui tarbiyyah...

Selasa, 3 November 2009

Bencana Novel Dan Filem Cinta Islami


di ambil daripada : http://tazkirahonline.blogspot.com/


Selepas novel Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih dan entah apa lagi 'novel pembina jiwa' dari tanah seberang. Semuanya berkisar cinta yang di dasari landasan Islami.

Ramai memberikan komentar positif. Dan penggiat seni tanah seberang maju lebih daripada selangkah, filem-filem dan drama-drama yang berbentuk pembina jiwa, cinta Islami mula mendapat tempat.

Umat Islam Malaysia tidak terlepas dari tempiasnya. Maka muncul cadangan agar penggiat seni Malaysia mengorak langkah. Cambahkan karya-karya pembina jiwa, lambakkan cinta Islami di kalangan muda mudi. Biarkan muda mudi kita faham bahawa Islam meraikan perasaan cinta manusia asalkan pada jalan yang betul.

Tetapi, saya mula mengesan bahaya dan bencana. Ya bencana. Bencana ini akan menipu orang-orang yang jahil ilmu agama, apatah lagi dalam keadaan jahil itu mereka mahu kembali kepada agama.

Saya teringat satu babak dalam karya seorang novelis Islami dari tanah seberang yang digilai peminat novel Islami Malaysia. Di dalam karyanya itu, beliau memuatkan satu babak bergurau senda, saling bersentuhan di antara abang dan adik angkat. Ya, abang dan adik angkat. Bukan mahram. Dan kerana mereka bukan mahram, maka diakhir cerita mereka bernikah. Tapi sebelum pernikahan, hubungan mereka seperti adik beradik- dan ketika itu mereka memang sedar mereka adik beradik angkat-. Jadi, apa yang mahu ditonjolkan oleh penulis novel Islami berkelulusan institusi ulung di alam Islam sedunia ini?

Bukankah babak ini mengelirukan masyarakat yang sudahlah ramai keliru dalam isu mahram bukan mahram, tiba-tiba muncul karya si penulis novel Islami ini yang hanya akan menyakinkan masyarakat bahawa apa yang mereka keliru inilah yang benar, sedangkan hakikatnya salah!



Dan karya Islami ini jua muncul dalam drama-drama yang mula menyebar masuk dari tanah seberang.-sebaiknya tidak ditonton televisyen-. Bagaimana dengan satu drama popular tanah seberang, yang membawa mesej Islami, menampilkan babak cinta seorang teruna Aqso dengan si Madina, dan si Fira. Madina dan Fira ialah adik beradik. Madina gadis bertudung litup, kuat agama. Madina selalu menasihati Aqso agar mencintai Fira, kakak Madina. Madina menyuruh Aqso melafaz kata cinta kepada Fira. Madina menyuruh Aqso membawa Fira, ke tempat romantik. Ibu bapa Fira dan Madina, amat suka untuk Aqso membawa Fira ke hulu ke hilir. Ketika Aqso sakit mahu bersalin (lahirkan anak dengan seorang lelaki bernama Pasha), Aqso juga yang menjaganya.

Anda tahu apa yang ada dalam fikiran saya ketika menonton drama ini -celaka kau Masri, tonton Drama, kata Salafi. Ya Tuhan, ampunkan aku kerana kelalaian-. Saya sangka Aqso pernah bercinta dengan Madina, tapi berkahwin dengan Fira. Lalu Madina sebagai gadis solehah menasihati Aqso supaya mencintai Fira kerana Fira isterinya, dan tidak boleh Aqso mengambil Madina sebagai isteri kedua kerana haram mengumpulkan dua beradik sekaligus. Ini yang saya fikirkan. Lalu saya kata, bagus Madina, dia benar-benar kuat pegangan Islaminya. Dia mahu kakaknya bahagia. Dia tidak mahu membuat dosa kerana dia tahui tiada poligami dengan cara mengumpulkan dua beradik. Ini yang saya fikirkan. Lalu saya fikir, apabila Madina mengarahkan Aqso melafaz kata cinta, membawa Fira ke tempat romantik, ialah supaya Aqso dapat membina rasa cinta kepada Fira yang sudah menjadi isterinya. Lalu saya kata bagus nasihat Madina. Dia menasihati orang yang dia cintai agar melupakan dia dan mencintai isteri yang sah yang juga kakak kepada Madina.



Tapi, anda tahu apa yang saya temui di hujung cerita. Ketika di tempat romantik itu - Aqso menurut nasihat Madina untuk membawa Fira ke tempat romantik-, Aqso melafazkan satu ayat yang membuat saya terkejut gila, terus naik menyampah dengan cerita itu. Aqso kata kepada Fira "Kita kahwin ya!". Saya terkejut. Saya fikir mereka sudah berkahwin.

Jadi, kenapa saya marah sangat?

a) Drama ini mengelirukan umat yang sudah sedia keliru. Dengan latar belakang Islami, maka orang membuat kesimpulan tiada salah berdua-duaan dengan bukan mahram, tiada salah saling melafaz kata-kata romantis kepada bukan mahram.

b) Drama ini menunjukkan kemungkaran hanyalah bersentuh dan berzina. Berdua-duaan dengan bukan mahram bukan satu kemungkaran. Selagi mana tidak bersentuh tidak mengapa.

c) Drama ini mengajar ibu bapa agar membiarkan anaknya keluar dengan lelaki bukan mahram. Kenapa saya kata drama ini mengajar sedemikian? Ya, kerana drama ini drama beraspirasikan cinta Islami. Saya yakin emak saya suka cerita ini (berdasarkan pengalaman menonton drama-drama aspirasi Islami dari tanah seberang bersama emak), dan saya yakin emak saya akan beranggapan tidak salah membiarkan anak-anak daranya keluar dengan bukan mahram.

d) Drama ini menjadikan penonton keliru kerana yang menasihati Aqso supaya keluar dengan Fira, menjalin hubungan rapat dengan Fira ialah Madina, si gadis yang kuat agama, bertudung litup, bersolat.

e) Madina digambarkan sebagai gadis yang kuat imannya. Dia membawa kakaknya Fira ke sekeliling kota melihat kehidupan orang-orang susah supaya dapat menyedarkan kakaknya bahawa di luar sana masih ramai orang tidak bernasib baik. Ini kerana ketika itu Fira baru sahaja keguguran bayinya. Tapi, babak ini juga akan menguatkan segala tindakan Madina mengarahkan Aqso menjalin hubungan cinta dengan Fira. Kerana begini.

Pertama: Penonton sudah membina satu persepsi Madina sebagai gadis solehah, kuat agama. Lalu tindakan yang diambilnya adalah pasti menepati syariat.

Kedua: Ketika Madina menasihati Aqso supaya mencintai Fira, Madina mengungkapkan kata-kata "Cinta adalah anugerah daripada Allah".

Ketiga: Lalu Madina mengarahkan Aqso menjalin hubungan dengan Fira.

Keempat: Maka, penonton akan menjustifikasi KETIGA berdasarkan PERTAMA dan KEDUA. Maka, ketika itu, isyarat yang sampai kepada penonton ialah: Keluar berdua dengan bukan mahram, melafaz kata cinta dan romantis kepada bukan mahram, bukanlah satu perkara yang bertentangan dengan syara'. Bahkan ia adalah satu anugerah Allah apabila Allah mengurniakan perasaan cinta itu kepada hamba-hambanya.



Saya sudah nampak bencananya. Dan drama ini juga adalah satu aspirasi dari novel-novel cinta Islami kerana di dalam satu babaknya terpapar watak Aqso sedang membaca novel "Ketika Cinta Bertasbih".

Apakah kalian bersetuju dengan saya bahawa novel-novel pembina jiwa dari tanah seberang yang membawa mesej cinta Islami, apatah lagi drama dan filemnya, sebenarnya satu bencana dan bala buat umat Islam?

suatu benda yang lama aku pernah terfikir,, pastu terjumpa artikel ni,, moga dapat beri manfaat dari semua..

-satu fikrah satu amal-

...melayari dakwah melalui tarbiyyah...